Selasa, 18 Desember 2007

Musim Hujan di Penghujung Tahun2007

Desember 2007.........

Memasuki desember 2007, hujan kembali mengguyur. Tidak seperti tahun sebelumnya, kali ini guyurannya semakin hebat, semakin dahsyat membasahi bumi, seakan ingin berontak, hujan semakin marah, marah pada alam yang tak peduli akan dirinya, marah pada manusia yang membiarkan tanaman kekeringan dan marah pada matahari yang tak henti-henti menghadirkan kemarau.

Hujan, hadir........ semua mengeluh.........sama seperti ketika kemarau datang ...........semua mengeluh semua ingin berontak. Tetapi saat hujan datang........ ada yang menangis tak tahan kedinginan, tidak tahan genangan air.

Mereka merintih, mereka meraung..........seandainya aku punya rumah sama seperti yang lainnya, aku rela hujan turun setiap saat !!!!!seperti itu katanya.

Ya,,,, mereka tidak punya rumah, tinggal di kolom jembatan tetapi masih bisa merasakan kehangatan hujan.

Sementara dia, rumah mewah yang hanya bocor sedikit, memberontak pada hujan.

Minggu, 09 Desember 2007

Masih...

Sahabat...

Aku tak percaya dengan pancaran sinar rembulan
Aku tak percaya dengan kelap kelip bintang
Karena itu semu
Dia tak bersinar
Dingin...
Apakah engkau masih mengatakannya indah ?

Aku hanya percaya dengan matahari
Teriknya nyata
Membagi cahayanya dengan rembulan dan bintang
Aku ingin malam, sebab disana kutemukan dirinya

Tuhan Ini Aku

Tuhan, apalah aku ini????????

Dihadapan-Mu aku tak mampu menganggat bibirku, dan mengucapkan satu atau dua huruf hingga menjadikannya utuh, sedang salah dan dosa terus bergulir.
masih dalam diam, kucoba lagi meresapi makna dari sifat-Mu tetapi sedetik pun tidak kumengerti. Masih bisakah engkau, melihatku, menolongku sementara aku tak pernah patuhi ajaran-Mu.

Setiapkali aku menangis, air itu mengalir tak bermakna, setiap kali aku merenung tak ada arti yang bisa kudapat dari renungan-ku

Tuhan, masih bisakah aku menangis, merenung untuk yang kesekian kalinya?????????
Jika hal itu masih bisa, tolong ajari aku Tuhan. Sebab semuanya tak bisa kulakukan tanpa engka u mengajariku.

Jumat, 07 Desember 2007

Sahabat

Sahabat....

Benarkah aku pemimpi yang malang...?
Jika aku mimpi terlalu tinggi, ingatkan aku untuk itu...
Jika aku terbang tinggi, ingat aku untuk kembali...
Ingatkan aku sebelum sayap mimpi lelah untuk kukepakkan...
Ingatkan aku sebelum jatuh menghujam bumi

Namun...

Jika disana ada asa
Biarkan aku terbang ke sana
Jiwaku sudah disana
Biarkan aku melabuhkan mimpiku
Hingga kau tak menemukanku sebagai anak aneh lagi

Kamis, 06 Desember 2007

Luluh Bersama Hujan

Luluh Bersama Hujan
Aku tak bisa lagi memaknai
Setiap titik air yang kau turunkan hujan
Aku tidak mampu lagi mengartikannya
Apalagi tuk menulisnya dengan kata
Aku tak sanggup menyaksikan semua ini
Namun ketika aku sadar, airmu telah
Meluluhlantahkan kehidupan kami

Pinjamkan Aku Air Matamu

Ini hari aku ingin menangis
Tapi kemarin tlah kuhabiskan airmataku
Setetes pun tak ada
Sedang luka tlah berjamur
Rapuhku jadi pedih
Pinjamkan aku airmatamu
Biar luka berjamur tak menjalar
Pinjamkan aku airmatamu
Tuk menghapus kerapuhan
Setetes saja, maukah !
Pinjamkan aku airmatamu

Ketika Airmataku Kering

Aku tak tahu kapan berhenti menangis
Aku tak tahu kapan aku menangis
Aku tak tahu kenapa aku menangis
Aku bahkan tak tahu untuk apa aku menangis
Yang aku tahu…
Ketika air mataku kering penderitaan masih terasa berat di pundakku

Malamku Terluka

Malamku Terluka

Tuhan…
Tahukah Engkau malamku selalu terluka
Setiap kali dia berganti
Ribuan orang menancapkan pedang diperutnya
Bila malamku diam
Ratusan orang membuka mulutnya dengan sebilah pisau
Saat malamku bergerak
Puluhan orang mengikatnya
Lalu…
Bagaimana malamku bisa berganti jika dalam setiap pergantiannya selalu terluka

Kau Aku dan Hujan

Kemarin derita kutulis bersama hujan tidak dengan pena ataupun kertas
Tetapi perasaan antara aku dan hujan
Diam-diam hujan mengantarkannya kerumahmu
Namun atapmu tak bocor sehingga kau tak merasakannya
Tiba-tiba kau memberiku sebaris sajak
“Hujan dan Aku bagian dari penderitaanmu,”
Aku selalu membacanya
Sebab kau dan hujan juga bagian dari deritaku

Pulang tak Bermakna

Setelah kurajai kehidupan di alam fana, kutelusuri seluk beluk keindahannya
Satu persatu kulalui fenomena keagungannya, kualuri perkembangan dari purbakala hingga moderen. Sungguh indah, aku larut dalam buaian kemegahan dan terlena dalam keangkuhan, aku seakan datang bukan untuk kembali.
lupa akan titipan yang harus kujalani, agar senantiasa bersujud, bersyukur dan memohon ridhonya, pun aku tak bisa menyanyi dengan nada dzikir
Kepikukan seolah membawaku larut dalam ketenangan hingga sulit meraih kata kemenangan.
Aku lupa dunia lain yang akan membuatku bahagia
Tiba saatnya aku harus pulang
Dan bersimpuh dalam keadaan rapuh
sebab perjalanan panjang kulalui tanpa bekal
Tulus kuakui tak pernah membentangkan sajadah mengingat, apalagi menyebut nama-NYA.

Kehilangan Kasih

Setiap kali kau menemaniku, aku tak pernah lagi merasakan jiwaku bergetar, bila suara mereka memanggilmu hatiku tak pernah tersentuh.
Kesibukan tlah merenggut keindahan hidupku, merampas hariku
Dan memisahkan jarak antara aku dan Engkau.
Rindu yang setiap saat mengajakku menyebut nama dan mengingat-Mu, kini tlah hilang bahkan aku tak pernah melukiskan cinta lewat kebiasaan,
Bagaimana aku bisa dekat denganmu, jika aku tak bisa lagi membayangkan wajah-Mu, saat ini….
Kau tlah jauh dari kehidupanku, meski setiap saat kau hadir
Mengajakku berzikir

Makassar, 25 Oktober 2006

Cerita Singkat Tentang Hujan

Saatnya tlah tiba tuk mengukir semua yang kau titipkan
Pada keindahan cahaya rembulan
Dan sinarnya memancarkan ketepian hatiku
Meski kau tak pernah menginginkannya
Tapi aku ingin kenangan menjadi album sejarah
Biar orang tahu siapa aku dan bagaimana kau
Ketika semua cerita tertuang, aku hanya
Ingin mancari sebuah kejujuran
Tetapi tak kutemukan di sinar matamu
Bagaimana aku bisa memberikan kesetiaan
Sementara waktu tlah habis mengukir kebohongan
Aku tahu diriku seorang perempuan
Yang konon kabarnya sering jadi objek penderita kalangan lelaki
Dan bukankah kau seorang lelaki ?
Yang juga mengerti akan hal itu, bahkan tak jauh beda dengan ribuan lelaki di dunia
Karena ketulusanmu, sedikit kuberikan kepercayaan
Serta berusaha membangun kebersamaan, melebihi indahnya hariku
Setelah mentari menyelimuti jasadku
Ditengah dia mereka dan yang lainnya
Kuanggap ini bukan suatu kesalahan
Sebab aku tak ingin mentari hangatkan tubuhku terlalu lama
Dan tahukah kau, sebelum mentari membawaku hingga ke barat hatimu
Cerita ini tlah kuhentikan
Mungkin cukup sampai disini perjalanan sejarah
Antara aku dan kau
Sebab aku tak ingin kesetiaan menghalangi langkahku menuju kebahagiaan
Tahukah kau, setelah mengitari seribu waktu mengenalmu,
tak pernah lagi bibirku bahasakan kebahagiaan
Lalu saat sunyi menghadirkan keheningan
dalam kehampaan dan kekosongan
Jujur kuakui ……
aku kembali menemukan Tuhan

Sabtu, 01 Desember 2007

Bersama Malam Kesunyian Tlah Hilang

Malam mulai membaca kesunyian hari ini
Kesunyian yang tlah lama diam
Dan hampir tak berkata
Malam berikutnya kembali hadir tuk menghapus kesunyian
Kesunyian yang tak pernah terlihat
Kini..
Bersama malam yang pekat kesunyian tlah hilang
Namun malam akan selalu hadir
Dan bersama malam akan kulebur segala bentuk kesunyian

Terkadang Hidup ini Menyebalkan

Terkadang hidup ini menyebalkan, ya... apalagi jika harus bertemu dengan orang-orang yang menyebalkan.

Malam ini sungguh, menyebalkan. Harus menanggung kesalahan yang tidak pernah kulakukan, tentu saja membuat semua orang tersiksa dan sangat tersiksa. Seperti halnya aku, tadi berhadapan dengan orang yang kuanggap sangat menyebalkan, karena kesalahan teman kerja. Aku harus menanggung resikonya, tetapi aku menanggap kawanku itu tidak melakukan kesalahan ini.

Hanya sebuah pemberitaan yang benar tetapi, aku tidak tahu tulisan yang kubuat itu membuat seseorang marah dan mengakibatkan aku tersinggung. Sakit sekali, jika harus mendengarkan ocehan orang didepan orang banyak, apalagi kemarahannya itu bukan karena perbuatan kita.

Aduh, sungguh menyebalkan hari ini !!!!!!!!!!!!!!!!!!!

Bawalah Aku Ke Neraka-Mu

Ini hari mentari menertawaiku
Padahal semalam rembulan telah menyinari langkahku
Hanya saja langkah yang kuayunkan membawaku dalam pelukan langit yang suram, sehingga bintang seakan berontak
Saat ini aku hanya bisa melangkahkan kaki seperti itu,
Tetapi menurut orang salah !

Benarkah kau menyalahkanku Tuhan ?
Tetapi bukankah semua ini Engkau yang mengatur
Susah dan senang bagian dari rekayasamu, bukan ?
Aku dalam pelukan sang susah
Engkau pun tahu, itu
Bolekah aku berontak padamu atas ketidak adilan ini
Sekian lama kubahasakan pada manusia
Tetapi tak ada yang mengerti
Sedang aku tahu dirimulah yang maha mengetahui dan maha mengerti
Aku ingin bebas, tak ingin berlama lama dalam pelukan suramnya malam
Aku tersiksa Tuhan, setiap malam dipaksa sang adam untuk bergulat
Sementara aku tahu ini kesalahan besar di matamu

Semakin aku berbuat, aku semakin tak mengerti kesalahanku
Bahkan aku sulit memahami kehidupan dunia
Sebelum aku berlama-lama dipermainkan waktu
Meski aku belum sempat bertobat
Aku mohon, ajaklah aku bersamamu
Berada di nerakamu mungkin lebih baik
Daripada harus disebut pelacur

Aku Ingin Mengenal-Mu

Ingin rasanya aku menghalangi malam berganti pagi
Sebab terlalu banyak kesalahan yang diukir sang waktu akibat kesalahan kami, ‘Tuhan ‘
Sebenarnya seperti apa kehidupan yang kau tawarkan padaku
Aku hanya menikmati dan terus larut dalam kealpaan
Mataku pun tak pernah terpejam, sekejap hanya untuk membayangkanMu
Hingga aku tak tahu seperti apa rupa-Mu

Masih bisakah aku merubah kehidupan ini sebelum Engkau mengajakku bersama-Mu
Sebab aku tahu, setelah Engkau mengambilku, aku tak bisa lagi mengucapkan dzikir selain pertanggung jawabanku kepada-Mu, selama Engkau memberiku kehidupan
Lalu apa yang bisa kupertanggung jawabkan Tuhan ?
Jika tak pernah membaca ayat-Mu dan mengerti isinya
Aku mengenal-Mu dari mereka dan tak pernah mencari tahu siapa Engkau
Sebelum mengambilku, izinkan aku mengenalmu

Dimana Engkau Berada Tuhan

Mungkin perjalanan mencarimu dapat kuhentikan
Sebab kakiku lelah melangkah
Pun mataku mulai lelap memandang keatas langit dan seluruh isi bumi
Yang konon kabarnya hadirmu terselip dalam cahayanya
Keperkasaanmu bukti keindahannya
Tetapi dimana aku bisa mendapatkan secuil senyummu
Aku tak bisa terus berhenti menulis tentang langit dengan sejuta pesonanya
Tentang lautan yang disurut gelombang
Tentang dunia dengan sejuta kemunafikan
Tentang kebodohan yang senantiasa diantarkan sang waktu
Aku takkan bisa berhenti menulis sebelum aku
Bisa memadukan huruf menjadi kata
Aku juga tak bisa berhenti menulis sebelum kutahu makna mencarimu
Tetapi akan kuhentikan tulisan ini setelah kuperoleh jawaban atas pertanyaanku Dimana Engkau berada “Tuhan” ?

Hujan Basahi Dzikirku

Sungguh sulit kuucapkan selamat tinggal pada kemarau
Sebab banyak kenangan terlukis namun belum sempat kucatat
Apalagi memaknai hadirnya, betapa aku tak ingin kemarau berakhir
Dan menghadirkan kedinginan yang hanya akan membuatku membeku
Sementara dia telah menghadiahiku kehangatan
Bagaimana aku menghindari kehadiranmu hujan ?
Sedang kemarau tak akan membawaku bersamanya
Dia juga tak betah berlama-lama
Sebab masih banyak yang harus diselesaikan
Sungguh aku tak rela hujan menghapuskan kehangatan
Ketika aku bersujud dan memohon ridho-NyaPun aku tak ingin hujan mengkhusyukkan dzikirku dengan airnya

Dulu Aku Tidak Mengerti Hidupku

Dulu, aku belum mengerti ketika pertama kali menghembuskan nafas kedunia ini, seperti apa dan bagaimana? aku tidak tahu !!!
Lalu, saat usiaku semakin bertambah dari tahun ke tahun, masa kecilku pun terenggut, aku bahagia bisa merasakan kehangatan dunia. Beragam jenis kehangatan dunia pun berbaur pada diriku hingga aku kesulitan memaknai hidupku, untuk saat itu juga.

Berteman, bergaul dengan lingkungan kulalui hingga membuat aku bisa mendapatkan satu persatu pengalaman, tetapi belum bisa menemukan makna hidup yang sesungguhnya. Perubahan zaman setiap saat juga menghadirkan suasana lain, tetapi tidak membuatku terjerumus dalam ketidakpastian.

Saat usiaku menginjak remaja, kutemukan sesuatu yang lain dalam kehidupan masa remajaku. Kehidupan baru itulah yang terkadang membuat aku jadi serba salah, berada ditengah-tengah perkembangan zaman menjadikanku sulit untuk melangkah. Disisi lain, aku ingin berada dengan teman-temanku, bergaul dan bebas seperti mereka, di lain sisi ada aturan yang harus kupatuhi, yang sudah diterapkan kedua orang tuaku.

Aku bingung.................Tetapi aku juga mampu menjalaninya tanpa ada beban dan juga tidak menyalahi aturan !!!!!!!!!!!!!