Hari, ini pukul 11.00 wita saya meninggalkan rumah, menuju lokasi liputan di DPRD Sulsel. Perjalanan dari rumah lumayan jauh,.
Setiba di Kantor DPRD Sulsel, seperti biasa saya langsung ke ruang humas, cari Tribun, Fajar dan SINDO. Tentu koran yang palin pertama saya baca SINDO. Saya ingin melihat kesalahan apa yang saya perbuat, atau tulisan saya yang naik hari itu tentang apa.
Tetapi, saat melihat SINDO, sejenak saya bingung. SINDO berubah bisikku dalam hati. Kemudian Kabag Humas datang, saya lalu bertanya, "Pak SINDO berubah ya," serentak Pak Kabag balik bertanya seharusnya kamu yang lebih tau.
Ya, memang seharusnya saya yang lebih tau, sebab semuanya sudah dibicarakan sebelumnya dalam rapat redaksi. Tetapi, hari itu saya benar-benar lupa, kalau SINDO akan berubah. Perubahan, banyak menarik simpati orang. Dari beberapa orang yang saya temui, rata-rata mengatakan SINDO kok menyerupai fajar.
Sambil memegang fajar dan SINDO, salah seorang staf DPRD Sulsel berkata mirip ya. Memang sedikit mirip tetapi isinya tentu lebih bagus SINDO dong.
Diusia yang memasuki satu tahun ini SINDO Makassar menghadirkan perubahan, yang tentunya untuk bersaing sehat dengan tetangga. Tentu saja perubahan SINDO bukan untuk mengalahkan siapa-siapa tetapi untuk memberikan yang terbaik bagi masyarakat.
Selamat Buat Perubahan SINDO Makassar
Minggu, 31 Agustus 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
1 komentar:
Survive adalah Perubahan. Bagaimana mencari jawaban atas semua permasalahan merupakan hal yang fitrah. SINDO harus berupa itu sudah pasti agar tetap bisa eksis sebagai koran yang layak untuk menjadi referensi, panduan, baca, dan dijual. Jika ada orang yang mengatakan meniru kompetitor yang ada di Sulsel, suruh mereka membuka semua SINDO di beberapa daerah yang sesi daerahnya jauh lebih duluan ada. Apakah SINDO Palembang, Jatim, Jabar, juga meniru kompetitor yang ada di Makassar? Tapi, saya pikir kita tidak perlu menjawabnya secara vulgar, yang harus kita lakukan adalah bagaimana membuktikannya. Seandainya orang-orang tetap berkeras SINDO meniru, silahkan yang akan kita jadikan sebagai cambuk untuk maju. Kasi tau mi saja sama dia, koran apa yang pertama ada di Makassar? Apakah koran itu masih ada? Kenapa dia mati? Kalau Anda ingin bersombong ria dengan bahasa "meniru" sombong memang maki sekarang karena saya jangan sampai koran yang Anda banggakan itu hanya akan menjadi kenangan di masa mendatang. Survive adalah inovesi
Posting Komentar